Monday, 7 July 2014

10 Silap Besar Isteri Terhadap Suami

Rumahtangga adalah satu bentuk hubungan mesra diantara seorang lelaki dan wanita sebagai suami dan isteri dalam perjalanan menuju kebahagiaan dalam kehidupan dan untuk mendapatkan redha Allah.

Tetapi ramai yang tidak menyedari akan beberapa perkara yang merupakan satu kesilapan besar dilakukan oleh isteri terhadap suami mereka.


1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna

Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel mahupun ia saksikan dalam drama sinetron.

Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Segala masalah dalam perkahwinan seperti perselisihan pendapat, masalah kewangan, dan masalah anak-anak seolah-olah tidak difikirkannya.

Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan seronok dalam sebuah perkahwinan.
Akhirnya, ketika ia menghadapi semua itu, ia tidak bersedia. Ia tidak mampu menerima keadaan itu, dan selalu menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa diimpikan sejak muda.
Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat suasana perkawinan dengan pemahaman yang lebih terperinci, beserta masalah yang ada di dalamnya.


2. Nusyus (tidak taat kepada suami)

Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.

Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
  • Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
  • Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan lelaki lain.
  • Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah tanpa izin.
  • Lalai dalam melayani suami
  • Membazir dan membelanjakan wang pada yang bukan tempatnya
  •  Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
  • Keluar rumah tanpa izin suami
  • Menyebarkan dan mencela rahsia-rahsia suami.

Seorang isteri solehah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, kerana tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat walau dalam situasi apapun, senang mahupun susah, suka ataupun duka.

Ketaatan isteri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.


3. Tidak menyukai keluarga suami

Terkadang seorang isteri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang tua suami.

Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya.

Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebahagian isteri berani menghina dan merendahkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya.

Terkadang isteri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang isteri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga isteri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.

Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah perkahwinan, namun juga ‘pernikahan antara keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua isteri, keluarga suami adalah keluarga isteri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami merupakan salah satu keharmonian keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika isterinya mampu meletakkan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.


4. Tidak menjaga penampilan

Terkadang, seorang isteri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak menghadiri undangan, ke pejabat, mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di luar rumah.

Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.

Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh isteri, jangan hairan jika suami tidak balik di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar rumah. Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan kepada suami. Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.

5. Kurang berterima kasih

Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan si isteri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara sebaik mungkin untuk memenuhi keperluan keluarga dan keinginan-keinginan isterinya.

Isteri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas kurnia Allah yang diberikan kepadanya melalui suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat bersyukur dan redha terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari dirinya.

Seorang isteri yang solehah tentunya mampu memahami tahap kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikurniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan bertambah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”


6. Mengingkari kebaikan suami

“Wanita merupakan kebanyakan penduduk neraka.”
Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah solat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.

Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar berbandingayah. Seseorang yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni kebanyakan neraka. Bagaimana ini terjadi?

“Kerana kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu boleh terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?

Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang isteri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si isteri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).

Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling mengingati, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.

Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertaubat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkong, masih ada waktu untuk bertaubat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?

Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu bila engkau akan menemui Robb mu?

“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami bagimu hanyalah seorang tamu yang bolah segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)

Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini, jangan pernah bosan dan henti untuk muhasabah diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sedari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.


“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah syurga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)


7. Mengungkit-ungkit kebaikan

Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang isteri. Yang jadi masalah adalah jika seorang isteri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]

Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”

Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]


8. Sibuk di luar rumah

Seorang isteri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Jangan sampai aktivit tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang isteri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya diabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, pakaian belum dicuci, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hal ini terjadi terus menerus, boleh jadi suami tidak balik di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di pejabat.


9. Cemburu buta

Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang isteri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak meunasabah dan hanya berasal dari sangkaan buruk; maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.

Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya isteri terhadap suami kerana kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzaliminya, atau lebih mendahulukan isteri lain berbanding dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.

Jika kecurigaan isteri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan buruk sangka suami. Ia tidak akan pernah merasa aman ketika ada di rumah. Bahkan, kemungkinan, si suami akan melakukan atau mengambil kesempatan seperti mana sangkaan isteri terhadapnya.


10. Kurang menjaga perasaan suami

Kepekaan suami mahupun isteri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahfahaman, dan perasaan tersinggung.

Seorang isteri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara keterlaluan. Isteri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.

Demikian beberapa kesalahan-kesalahan isteri yang kebanyakannya dilakukan kepada suami yang sepatutnya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap isteri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.

Aamiiin.

Semoga bermanfaat



Monday, 29 July 2013

Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan

 

Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini. Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan. Insan yang menyadari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.

Mukmin Sejati Itu Dermawan

Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah. Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:

إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)

Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati. Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اليد العليا خير من اليد السفلى واليد العليا هي المنفقة واليد السفلى هي السائلة

“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)

Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إنَّما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلماً فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه، ويعلم لله فيه حقاً فهذا بأفضل المنازل

“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)

Keutamaan Bersedekah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala benar-benar memuliakan orang-orang yang bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan bagi orang-orang yang gemar bersedekah. Terdapat ratusan dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan, kemuliaan orang-orang yang bersedekah. Ibnu Hajar Al Haitami mengumpulkan ratusan hadits mengenai keutamaan sedekah dalam sebuah kitab yang berjudul Al Inaafah Fimaa Ja’a Fis Shadaqah Wad Dhiyaafah, meskipun hampir sebagiannya perlu dicek keshahihannya. Banyak keutamaan ini seakan-akan seluruh kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini, yaitu sedekah. Maka, sungguh mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui dalil-dalil tersebut dan ia tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya untuk banyak bersedekah.

Diantara keutamaan bersedekah antara lain:

1. Sedekah dapat menghapus dosa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)

Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)

2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah:

رجل تصدق بصدقة فأخفاها، حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه

“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)

3. Sedekah memberi keberkahan pada harta.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا

“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)

Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”

4. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.

من أنفق زوجين في سبيل الله، نودي في الجنة يا عبد الله، هذا خير: فمن كان من أهل الصلاة دُعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة

“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)

6. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

والصدقة برهان

“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)

An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”

7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن الصدقة لتطفىء عن أهلها حر القبور

“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)

8. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يا معشر التجار ! إن الشيطان والإثم يحضران البيع . فشوبوا بيعكم بالصدقة

“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)

9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:

مثل البخيل والمنفق ، كمثل رجلين ، عليهما جبتان من حديد ، من ثديهما إلى تراقيهما ، فأما المنفق : فلا ينفق إلا سبغت ، أو وفرت على جلده ، حتى تخفي بنانه ، وتعفو أثره . وأما البخيل : فلا يريد أن ينفق شيئا إلا لزقت كل حلقة مكانها ، فهو يوسعها ولا تتسع

“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)

Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.

Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat sedekah dan keutamaan orang yang bersedekah. Tidakkah hati kita terpanggil?

Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan

Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)

Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:

كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)

Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari.

Oleh karena itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama. Yaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.

Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan

Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi teladan untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya. Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:

1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.

Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:

كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل : إلا الصيام فإنه لي و أنا الذي أجزي به

“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.’” (HR. Muslim no.1151)

Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه

“Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)

Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها الله لمن ألان الكلام وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام

“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani di Shahih At Targhib, 946)

2. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.

Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا

“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)

Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi, 696)

Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.

3. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan.

Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia meninggalkan kebaikan, setan berkata:

فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al A’raf: 16)

Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة ، وغلقت أبواب النار ، وصفدت الشياطين

“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)

Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu berbedanya dengan bulan lain. Orang-orang bersemangat melakukan amalan kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya. Subhanallah.

Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar. Karena yang mendasari keyakinan ini adalah hadits yang lemah, yaitu hadits:

يا أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم ، شهر فيه ليلة خير من ألف شهر ، جعل الله صيامه فريضة ، و قيام ليله تطوعا ، و من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه ، و من أدى فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه ، و هو شهر الصبر و الصبر ثوابه الجنة ، و شهر المواساة ، و شهر يزاد فيه رزق المؤمن ، و من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه ، و عتق رقبته من النار ، و كان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء قالوا : يا رسول الله ليس كلنا يجد ما يفطر الصائم ، قال : يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على مذقة لبن ، أو تمرة ، أو شربة من ماء ، و من أشبع صائما سقاه الله من الحوض شربة لايظمأ حتى يدخل الجنة ، و هو شهر أوله رحمة و وسطه مغفرة و آخره عتق من النار ،

“Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah). Barangsiapa (pada bulan itu) memberikan buka kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi maghfirah (pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa (itu) sedikitpun.” Kemudian para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan sebagai buka orang yang berpuasa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan buka dari sebutir kurma, atau satu teguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Hakim, Ibnu Khuzaimah (no. 1887) dan Al Ash-habani dalam At Targhib (178). Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115), juga oleh Dhiya Al Maqdisi di Sunan Al Hakim (3/400), bahkan dikatakan oleh Al Albani hadits ini Munkar, dalam Silsilah Adh Dhaifah (871).

Ringkasnya, walaupun tidak terdapat kelipatan pahala 70 kali lipat pahala ibadah wajib di luar bulan Ramadhan, pada asalnya setiap amal kebaikan, baik di luar maupun di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah 10 sampai 700 kali lipat. Berdasarkan hadits:

إن الله كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذلك فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها الله له عنده حسنة كاملة فإن هو هم بها فعملها كتبها الله له عنده عشر حسنات إلى سبع مائة ضعف إلى أضعاف كثيرة

“Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian Rasulullah menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna. Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.” (HR. Muslim no.1955)

Oleh karena itu, orang yang bersedekah di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat karena sedekah adalah amal kebaikan, kemudian berdasarkan Al A’raf ayat 16 khusus amalan sedekah dilipatkan-gandakan lagi sesuai kehendak Allah. Kemudian ditambah lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah. Lalu jika ia mengiringi amalan sedekahnya dengan puasa dengan shalat malam, maka diberi baginya jaminan surga. Kemudian jika ia tidak terlupa untuk bersedekah memberi hidangan berbuka puasa bagi bagi orang yang berpuasa, maka pahala yang sudah dilipatgandakan tadi ditambah lagi dengan pahala orang yang diberi sedekah. Jika orang yang diberi hidangan berbuka puasa lebih dari satu maka pahala yang didapat lebih berlipat lagi. Subhanallah…

Ayo jangan tunda lagi…

***

Penulis: Yulian Purnama
Artikel
www.muslim.or.id

Tuesday, 23 July 2013

Kenapa Kita Perlu Bersahur?

Tengok pada tajuk entri ini, pasti boleh je nak jawab sendiri, kan? Kalau ikut logiknya, dengan bersahur, ia akan memberi kita tenaga untuk melakukan aktiviti harian sepanjang kita berpuasa siang hari esoknya. Benar, jawapan ini memang rasional dan boleh diterima dek aqal waras kita.
Tapi pernahkah kita terfikir, apakah “sebab sebenar” kenapa kita perlu bersahur? Ada apa dengan bersahur? Ada kaitan dengan agama ke? Kalau tak bangun sahur, tak pe ke?
Kalau dilihat dari sudut agama, orang Yahudi dan Nasrani (ahli kitab) juga berpuasa. Tetapi cara mereka berpuasa sedikit berbeza dengan ibadah puasa yang dikerjakan oleh kita ummat Islam. Apa perbezaannya?
Tak lain tak bukan, perbezaanya adalah dengan adanya makan sahur. Puasa mereka tanpa disertakan dengan makan sahur, manakala dalam Islam, kita hendaklah bangun bersahur. Sesungguhnya amalan bangun sahur inilah yang membezakan antara puasa orang Islam dengan puasa orang Yahudi dan Nasrani (ahli kitab). Hal ini disebut dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang bermaksud: “Perbezaan di antara puasa kami dengan puasa ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) ialah adanya makan sahur.”

# GALAKAN UNTUK BERSAHUR
 
Sahur maerupakan satu rahmat dan berkat yang dikurniakan Allah ke atas ummat Islam. Anjuran bersahur ini dapat dilihat dalam hadis Nabi bermaksud: “Makanlah sahur, sekalipun dengan seteguk air” (Hadis riwayat Ibnu Hibban). Hadis ini menunjukkan kepentingan bersahur kepada orang yang berpuasa, walaupun hanya dengan seteguk air.
 
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW juga ada menyebut tentang kelebihan buat orang yang bersahur, (maksudnya): “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya mengucapkan selawat (berdoa dan memohon daripada Allah akan keampunan dan keredaan) ke atas orang yang bersahur.” (Hadis riwayat At-Tabrani).

# SUNAT MELEWATKAN SAHUR
 
Kita bukan sahaja disunatkan untuk bangun makan sahur, tapi kita juga disunatkan untuk melambatkan waktu bersahur, kerana itulah amalan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Imam Ahmad meriwayatkan bahawa Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Sentiasa umatku dalam kebaikan selama mereka mahu bersegera berbuka puasanya dan mengakhirkan makan sahurnya.”
Melewatkan sahur bermaksud bersahur ketika menghampiri waktu Subuh). Berkaitan perkara ini, Zaid bin Thabit pernah berkata: “Kami pernah bersahur bersama Nabi, kemudian kami bangun untuk melakukan solat (Subuh). Zaid ditanya: “Berapa lama masa antara kedua-duanya (yakni antara makan sahur dan solat Subuh)?” Berkata Zaid: “Sekadar membaca 50 ayat al-Quran.” (Hadis riwayat Bukhari)
 
Dalam kitab Nailul Authar, disebutkan Imam Ibn Abdil Bar berkata bahawa hadith yang menerangkan kepentingan menyegerakan berbuka puasa dan melewatkan sahur semuanya bertaraf sahih dan mutawatir. Penekanan Nabi agar sahur dilewatkan dan tidak diabaikan amat signifikan lagi saintifik kerana ia menepati waktu bersarapan pagi.
# KEPENTINGAN SARAPAN PAGI
 
Kajian menunjukkan makanan paling utama dlm masa 24 jam ialah sarapan pagi. BBC News pada 7 Mac 2003 melaporkan, bersarapan pagi penting untuk memelihara kesihatan seseorang berbanding mengambil makanan pada waktu lain. Kajian oleh Dr Mark Pereira dan rakannya dari Pusat Perubatan Harvard, mendapati mereka yg tidak bersarapan pagi berisiko tinggi menjadi gemuk, sakit jantung dan menghidap kencing manis. Kajian sama juga menunjukkan, mereka yg sentiasa bersarapan pagi menanggung risiko 50% lebih rendah diserang masalah kesihatan berkaitan lebihan kadar gula dalam darah berbanding yg jarang bersarapan pagi.
Hal ini menjadi lebih penting kpd kanak-kanak yg berpuasa. Ini kerana kesan kanak-kanak meninggalkan sarapan pagi adalah lebih negatif disebabkan tubuh mereka yg kecil. Kajian terkini menunjukkan apabila glukosa dlm darah menurun selepas bangun tidur dan keadaan ini berterusan kerana tidak bersarapan pagi, kanak-kanak akan menghadapi masalah memberi tumpuan pd pelajaran. Tambahan daripada itu, satu kajian oleh Dr Theresa Nicklas dari Kolej Perubatan Baylor dan rakannya ke atas 700 pelajar di Louisiana, menunjukkan mereka yg tidak bersarapan pagi menanggung risiko 2x ganda mengalami kekurangan zat besi dlm darah. Keadaan ini akan menyebabkan penyakit anemia (penyakit berkaitan kekurangan hemoglobin dalam darah). Hal ini dilaporkan oleh Kerry Neville dari Chicago Tribune pada 24 September 2001.
Justeru, secara umumnya, mereka yang berpuasa tanpa mengabaikan sahur, tidak akan mendapat kemudharatan daripada puasa mereka berdasarkan kajian itu. Lebih daripada itu, bersahur juga dikira sebagai suatu ibadah kerana ia merupakan sunnah, dan waktu bersahur juga merupakan masa yang dipenuhi keberkatan.
 
“Katakanlah, mahukah Aku khabarkan kepadamu apa yang lebih baik daripada yang demikian itu? Bagi mereka yang bertaqwa, ada syurga di sisi Tuhan mereka yang mengalir di bawahnya sungai2. Mereka kekal dalamnya. Mereka juga dikurniakan isteri2 yang suci serta mendapat keredhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba2-Nya. (Iaitu)orang yg berdoa, Ya Tuhan kami sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah dosa kami dan peliharalah kami daripada seksa neraka. (Merekalah)orang yang sabar, yang benar, yang taat, yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dan yang memohon ampun pada waktu sahur.” (Ali Imran: 15 - 17)
 
Credit:http://kongsibersama07.blogspot.com

Sunday, 21 July 2013

Amalan Bersedekah

BERDASARKAN rukun Islam keempat yang mewajibkan kita memberikan zakat dan fitrah, maka dengan sendirinya kita akan menyedari pentingnya satu bentuk ‘persyarikatan’ dalam pengagihan sumber rezeki supaya ia dapat dinikmati semua golongan.

Mereka yang berjaya, hidup bahagia dengan segala kecukupan makanan, pakaian, wang ringgit dan harta benda, sewajarnya bersyukur serta menyedari semua itu datangnya daripada pemberian dan rahmat Allah SWT.Bagi si miskin yang malang dan menderita, tidaklah bererti ia harus melalui kehidupan ini dengan perasaan rendah hati, kecewa serta putus asa. Sebaliknya mereka wajarlah menghadapinya dengan penuh kesabaran.

Dari aspek sosial, amalan sedekah adalah satu jalan tengah atau sebuah saluran bagi golongan kaya dan mampu memberikan pertolongan serta simpati kepada golongan miskin yang kurang bernasib baik.

Jelasnya, sedekah bukan saja bertujuan membantu sesama ummah, malah melanjutkan kesinambungan wadah silaturahim serta semangat kekeluargaan antara manusia sejagat di samping memberikan penekanan supaya seseorang itu tidak terlalu mementingkan keperluan sendiri saja.

Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud: “Sesungguhnya tangan yang memberi itu adalah lebih baik daripada tangan yang menerima”.

Dalam suatu riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan seorang sahabat yang menangguhkan bayaran upah kepada seorang hamba: “Janganlah sampai berlaku kezaliman dan penganiayaan dari orang kaya kepada orang miskin, serta berikanlah upah untuk pekerjamu sebelum kering peluh didahinya.”

Menurut hadis At Tirmizi oleh Mutafaq Alaih dinyatakan bahawa: “Akan mampu terjauh seseorang Muslim itu daripada bahang kepanasan api neraka walaupun hanya dengan memberikan sebiji tamar sebagai sedekah.”

Fungsi sedekah daripada kaca mata Islam sesungguhnya adalah besar dan luas. Allah SWT berfirman yang bermaksud: “Sesungguhnya Aku ini amat pemurah dan penyayang, kepada mereka yang menghubungkan silaturahim dan memperbanyakkan sedekah nescaya akan Aku tambahkan rezeki kepadanya, tetapi kalau mereka memutuskan perhubungan, kikir dan kedekut nescaya kupendekkan rahmatku kepadanya.” (Surah Al-Baqarah, ayat 26)

Bagaimanapun, menjadi lumrah bahawa kebanyakan manusia mudah lupa daratan serta banyak terpengaruh dengan dorongan kehendak nafsu tamak dan haloba, tanggapan dan penerimaan mereka terhadap kekayaan harta benda menjadikan mereka lupa bahawa di akhirat nanti ada tiga perkara yang disoal iaitu ke mana umurnya dihabiskan, bagaimana hartanya dibelanjakan dan apa amalannya ketika hidup.

Menurut pandangan Islam, sedekah itu tidak terbatas kepada pemberian dalam bentuk kebendaan serta wang ringgit saja. Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud: “Berikanlah sedekah walaupun dengan hanya sebuku roti atau sebuah senyum yang manis.”

Dalam sebuah riwayat daripada Jabar dan Anas: “Bahawa aku pernah mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang dengan ikhlas mengalihkan batu atau mengubahkan ranting kayu yang menghalang perjalanan lalu lintas orang ramai di sebatang jalan pun adalah dikira mendapat pahala sedekah, dan pada tiap pohon serta tanaman yang dikerjakan oleh petani lalu apabila buahnya dimakan oleh unggas atau burung maka itupun juga adalah dikira sebagai sedekah.”

Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud: “Akan beroleh pahala yang besar bagi seseorang Muslim apabila bau dari masakannya tercium oleh jiran sebelah lalu kemudian bergegas dia pergi untuk menyedekahkan semangkuk. Dan tidak ada syafaat bagi seseorang Muslim apabila dia sihat dan kenyang tetapi di sebalik dinding ada jirannya yang susah dan lapar.”

Dalam sebuah syair Arab dikatakan bahawa perbuatan memburu serta menambun harta benda dunia ini tidak ubah seperti perbuatan kita memburu bayang-bayang, ia sememangnya tak pernah akan kesampaian dan mencukupi, lantaran semakin banyak anggur hidup ini diminum maka semakin lagi terasa dahaganya.

Firman Allah SWT yang bermaksud: “Sesungguhnya manusia itu adalah sentiasa tamak dan haloba, jikalau aku berikan sebuah lembah emas maka nescaya ia tidak pernah merasa cukup lalu kemudiannya meminta lagi.”

Sementara itu, menurut keterangan ulama, sedekah itu adalah antara amalan yang boleh menghapuskan dosa. Andainya konsep amalan sedekah dapat dilaksanakan sepenuhnya, maka sudah tentu akan segera berkembang sebuah institusi ummah di mana tidak akan ada mereka yang terlalu kaya tetapi dari sudut lain ada yang daif dan fakir.

Sabda Nabi Muhammad SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya syurga itu terdiri daripada banyak kunci, maka salah satu anak kunci syurga ialah pahala sedekah”.

Tambah Baginda SAW lagi: “Bila-bila pun sedekah itu sentiasa mendapat ganjaran pahala, namun sedekah yang paling utama serta tinggi darjatnya ialah sedekah yang diberikan pada bulan Ramadan.”

Oleh Zahari Hasib
 
 
 
Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan kecuali ia bertambah… bertambah… bertambah (HR.At-tirmidzi)
 
Siapa yang memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan balasannya dan baginya pahala yg mulia
(QS. Al-hadiid 57:58)
 
Janganlah kamu takut kepada kemiskinan karena membelanjakan harta di jalan Allah
(QS.Al-Baqarah 2:245)
 
Kamu tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sehingga kamu menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap diri sendiri. Dan Allah lah yang Maha Kaya sedangkan kamu orang-orang yang membutuhkan Nya
(QS.Muhammad :38)
 
Dan Allah senantiasa memberi pertolongan kepada hambanya selama ia menolong saudaranya
(HR.Muslim)
 
Perbanyaklah SEDEKAH, karena di dalamnya terdapat KHASIAT :
  • Menyembuhkan berbagai penyakit.
  • Menjauhkan dari segala macam kesulitan & masalah.
  • Diselamatkan dari segala keburukan.
  • Menenangkan hati dan jiwa.
  • Melapangkan rezeki.

 
 





Thursday, 18 July 2013

Akhlak Nabi adalah Al-Quran

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيم
“Dan bahawa sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang amat mulia.” (Surah al-Qalam, 68: 04)
Seterusnya Allah menyuruh pula agar kita meneladani akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tersebut:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu contoh teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebaikan di) hari akhir (kiamat), dan dia banyak mengingat Allah.” (Surah al-Ahzaab, 33: 21)
Di antara tujuan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diutuskan adalah bagi menyempurnakan akhlak yang soleh, dan ini adalah sebagaimana sabdanya:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang soleh.” (Al-Bukhari, al-Aadabul Mufrad, no. 208. Syu’abul Iman, no. 7609)

Jiwa Rasulullah SAW merangkum banyak akhlak mulia, seperti sifat malu, mulia, berani, menetapi janji, ringan tangan, cerdas, ramah, sabar, memuliakan anak yatim, berperangai baik, jujur, pandai menjaga diri, senang menyucikan diri, dan berjiwa bersih.
Ketinggian dan kemuliaan akhlak Baginda S.A.W telah diakui oleh para sahabat, yang merupakan kawan malah diakui juga oleh musuh dan lawannya. Begitu banyak peristiwa-peristiwa yang mana disebutkan di dalam riwayat hidupnya. Apatah lagi bilamana Allah meyakinkan dan menegaskan di dalam firman-Nya yang bermaksud :
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) berada di atas akhlak yang sangat agung (mulia)"
( surah al-Qalam : 4 )
Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Alquran." (HR Muslim).
Sungguh, jawaban Aisyah ini singkat, namun sarat makna. Ia menyifati Rasulullah SAW dengan satu sifat yang dapat mewakili seluruh sifat yang ada. Memang tepat, akhlak Nabi SAW adalah Alquran.
Allah SWT berfirman, "...Alquran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus..." (QS. Al-Israa': 9).
"(Yang) memberi petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus..." (QS. Al-Jinn: 2).
Akhlak beliau adalah Alquran; kitab suci umat yang disifati dengan firman Allah, "...tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 2).
Pada masa permulaan dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW tidak hanya membangun sisi tauhid, tetapi juga membangun sendi dan pilar akhlak mulia. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia." (HR. Baihaqi dan Al-Hakim).
Anas RA berkata, "Sungguh, Rasulullah SAW benar-benar manusia dengan akhlak paling mulia". (HR Bukhari-Muslim).
Anas juga berkata, "Selama sepuluh tahun aku berkhidmat kepada beliau (Rasulullah), aku tidak pernah mendengar beliau mengucapkan kata "Ah", sebagaimana beliau tidak pernah mempertanyakan apa yang kau kerjakan, 'Kenapa kamu mengerjakan ini? atau 'Bukankah seharusnya kamu mengerjakan seperti ini?" (HR Bukhari-Muslim).
BIODATA RASULULLAH SAW
§  Nama : Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim
§  Tarikh lahir : Subuh hari Isnin, 12 Rabiulawal bersamaan 20 April 571 Masehi (dikenali
sebagai Tahun Gajah; sempena peristiwa tentera bergajah Abrahah yang menyerang
kota Kaabah)
§  Tempat lahir : Di rumah Abu Talib, Makkah Al-Mukarramah
§  Nama bapa : Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim
§  Nama ibu : Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf
§  Pengasuh pertama : Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman.
Hamba perempuan bapa Rasulullah (SAW)
§  Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab)
§  Ibu susu kedua : Halimah binti Abu Zuaib As-Saadiah (lebih dikenali Halimah As-Saadiah. Suaminya bernama Abu Kabsyah)
 
USIA 5 TAHUN
•Peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW yang dilakukan oleh dua malaikat untuk mengeluarkan bahagian syaitan yang wujud di dalam hatinya.
 USIA 6 TAHUN
•Ibunya Aminah binti Wahab ditimpa sakit dan meninggal dunia di Al-Abwa‘ (sebuah kampung yang terletak di antara Makkah dan Madinah)
•Baginda dipelihara oleh Ummu Aiman (hamba perempuan bapa Rasulullah SAW) dan dibiayai oleh datuknya Abdul Muttalib
 USIA 8 TAHUN
•Datuknya, Abdul Muttalib pula meninggal dunia
•Baginda dipelihara pula oleh bapa saudaranya, Abu Talib
USIA 9 TAHUN (Setengah riwayat mengatakan pada usia 12 tahun)
•Bersama bapa saudaranya, Abu Talib bermusafir ke Syam atas urusan perniagaan
•Di kota Busra, negeri Syam, seorang pendita Nasrani bernama Bahira (Buhaira) telah bertemu ketua-ketua rombongan untuk menceritakan tentang pengutusan seorang nabi di kalangan bangsa Arab yang akan lahir pada masa itu
USIA 20 TAHUN
•Terlibat dalam peperangan Fijar
•Ibnu Hisyam di dalam kitab ‘ Sirah ‘ , jilid1, halaman 184-187 menyatakan pada ketika itu usia Muhammad SAW ialah 14 atau 15 tahun. Baginda menyertai peperangan itu beberapa hari dan berperanan mengumpulkan anak-anak panah sahaja
•Menyaksikan ‘ perjanjian Al-Fudhul ‘ : perjanjian damai untuk memberi pertolongan kepada orang yang dizalimi di Makkah
USIA 25 TAHUN
•Bermusafir kali kedua ke Syam atas urusan perniagaan barangan Khadijah binti Khuwailid Al-Asadiyah
•Perjalanan ke Syam ditemani oleh Maisarah, lelaki suruhan Khadijah
 
•Baginda SAW bersama-sama Abu Talib dan beberapa orang bapa saudaranya yang lain pergi berjumpa Amru bin Asad (bapa saudara Khadijah) untuk meminang Khadijah yang berusia 40 tahun ketika itu
•Mas kahwin baginda kepada Khadijah adalah sebanyak 500 dirham
 
USIA 35 TAHUN
•Banjir besar melanda Makkah dan meruntuhkan dinding Kaabah
•Pembinaan semula Kaabah dilakukan oleh pembesar-pembesar dan penduduk Makkah
•Rasulullah SAW diberi kemuliaan untuk meletakkan ‘Hajarul-Aswad' ke tempat asal dan sekaligus meredakan pertelingkahan berhubung perletakan batu tersebut
 
USIA 40 TAHUN
•Menerima wahyu di gua Hira' sebagai perlantikan menjadi Nabi dan Rasul akhir zaman
USIA 53 TAHUN
•Berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah dengan ditemani oleh Saidina Abu Bakar Al-Siddiq
•Sampai ke Madinah pada tanggal 12 Rabiulawal/ 24 September 622M
USIA 63 TAHUN
•Kewafatan Rasulullah SAW di Madinah Al-Munawwarah pada hari Isnin, 12 Rabiulawal tahun 11Hijrah/ 8 Jun 632 Masihi
ISTERI-ISTERI RASULULLAH SAW
•Khadijah Binti Khuwailid
•Saudah Binti Zam’ah
•Aisyah Binti Abu Bakar (anak Saidina Abu Bakar)
•Hafsah binti ‘ Umar (anak Saidina ‘ Umar bin Al-Khattab)
•Ummi Habibah Binti Abu Sufyan
•Hindun Binti Umaiyah (digelar Ummi Salamah)
 
•Zainab Binti Jahsy
 
•Maimunah Binti Harith
 
•Safiyah Binti Huyai bin Akhtab
 
•Zainab Binti Khuzaimah (digelar ‘Ummu Al-Masakin' ; Ibu Orang Miskin)
 
ANAK-ANAK RASULULLAH SAW
1.Qasim
2.Abdullah
3.Ibrahim
4.Zainab
5.Ruqaiyah
6.Ummi Kalthum
7.Fatimah Al-Zahra
ANAK TIRI RASULULLAH SAW
Halah bin Hind bin Habbasy bin Zurarah al-Tamimi (anak kepada Saidatina Khadijah bersama Hind bin Habbasy. Ketika berkahwin dengan Rasulullah, Khadijah adalah seorang janda)
IBU SUSUAN/SAUDARA SUSUAN
•Thuwaibah
•Hamzah
•Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad
SAUDARA SUSUAN
1.Halimah Al-Saidiyyah
2.Abu Sufyan bin Harith bin Abdul Mutallib
3.Abdullah bin Harith bin Abdul ‘ Uzza
4.Syaima ‘ binti Harith bin Abdul ‘ Uzza
5.Aisyah binti Harith bin abdul ‘ Uzza
 
BAPA DAN IBU SAUDARA RASULULLAH SAW (ANAK-ANAK KEPADA ABDUL MUTTALIB)
1.Al-Harith
2.Muqawwam
3.Zubair
4.Hamzah ***
5.Al-Abbas ***
6.Abu Talib
7.Abu Lahab (nama asalnya Abdul Uzza)
8.Abdul Ka'bah
9.Hijl
10.Dhirar
11.Umaimah
12.Al-Bidha (Ummu Hakim)
13.Atiqah ##
14.Arwa ##
15.Umaimah
16.Barrah
17.Safiyah (ibu kepada Zubair Al-Awwam) ***
 
 
***Sempat masuk Islam.
##Ulama berselisih pendapat tentang Islamnya.
 
Sabda Rasulullah SAW : “Sesiapa yang menghidupkan sunnahku, maka sesungguhnya dia telah mencintai aku. Dan sesiapa yang mencintai aku nescaya dia bersama-samaku di dalam syurga.” (Riwayat Al-Sajary daripada Anas )